Rabu, 22 Juni 2011

lap0ran aPusan vagina

PREPARAT APUSAN VAGINA
Tanggal Praktikum : 23 Februari 2009

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum apusan vagina hewan (Mencit) adalah :
Untuk membangun keterampilan mahasiswa dalam pembuatan berbagai preparat apusan vagina
Untuk mengetahui kemungkinan kesalahan apa saja yang dapat terjadi sehingga hasilnya menjadi gagal, sehingga mahasiswa menjadi lebih berhati-hati lagi dalam mengerjakannya
Menghasilkan preparat awetan apusan vagina yang baik.
Untuk membedakan kondisi dan warna vagina pada berbagai fase siklus estrus.
Dapat membedakan bentuk-bentuk sel pada fase estrus (sel epitel, leukosit, kornifikasi, epitel dengan inti berdegenerasi).
Menentukan fase-fase siklus esrtus berdasarkan data pengamatan.

2. LANDASAN TEORI
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungan ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus.
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dari kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.

Gambar : alat-alat reproduksi pada perempuan
Pada mammalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari 2 fase folikel dan lutein.
Banyak hewan yang memiliki daur estrus selaki setahun, disebut monoestrus. Terdapatpada rusa, kijang, harimau, kucing, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut polyestrus. Daur estrus terutama yang polyestrus dapat dibedakan atas tahap berikut :
1. Proestrus
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati. Menurut Shearer (2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal.. Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit.

2. Estrus
Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah betina siap menerima jantan. Dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate.
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel superfisial.

3. Metaestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding .
Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut:
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Anonim, 2007).
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.
• Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan
• Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.
Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus.

4. Diestrus 
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Anonim, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Anonim, 2008).
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina:
• Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
• Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
• Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus.
• Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial.


Siklus Estrus pada Mencit
Fase proestrus
proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi.

Fase estrus
Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat.





Fase metaestrus
Metaestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas.


Fase diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan korpora lutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya.

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron. Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovari (Anonim, 2008).

3. ALAT DAN BAHAN
Alat : 
o Objek glass dan cover glass
o Mikroskop
o Bak cuci (tempat membilas preparat)
o Kertas label dan slotip
o Spidol transparan
o Pipet tetes
Bahan :
o Beberapa tetes cairan vagina
o Larutan garam fisiologis (NaCl)
o Pewarna eosin 1 %
o Aquades
o Entelan.

4. CARA KERJA
1. Siapkan objek glass dan cover glass yang sudah dibersihkan dan diberi label pada bagian ujungnya.
2. Ambil larutan NaCl menggunakan pipet tetes.
3. Masukkan ujung pipet tersebut ke dalam lubang vagina mencit.
4. Ambil cairan vigina yang telah tercampurkan dengan NaCl tersebut.
5. Teteskan pada objek glass, tunggu hingga kering.
6. Fiksasi dengan alkohol 70 %.
7. Pewarnaan menggunakan eosin 1 % . Proses pewarnaan ini dilakukan dengan cara meneteskan eosin dengan pipet tetes pada objek glass yang dimiringkan hingga rata, diamkan hingga kering. 
8. Setelah pewarnaan, objek gelas dibilas pada bak cuci menggunakan aquades.
9. Setelah kering amati objek dibawah mikroskop, apabila warna ideal dan sel tampak jelas, beri tanda pada bagian belakang objek glass dengan spidol.
10. Pada objek tersebut tetesi dengan entelan kemudian tutup dengan cover glass.



5. HASIL PENGAMATAN
Tahapan Estrus Gambar
fase proestrus
(preparat awetan) 

fase estrus
(preparat hasil apusan vagina mencit) 
fase metaestrus
(preparat awetan) 

fase diestrus
(preparat awetan) 





6. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, kami menemukan beberapa ciri dari masing-masing fase yang telah diamati, yaitu :
• fase pro-estrus cirinya sel epitelnya bulat dan berinti
• fase estrus cirinya sel epitelnya tidak berinti (kornifikasi)
• fase metaestrus cirinya sel kornifikasi banyak dan leukositnya banyak
• fase diestrus cirinya leukositnya banyak dan mucus (lendir)nya banyak.

7. KESIMPULAN
Mencit yang kami amati dalam proses pembuatan preparat apusan vagina mencit, sedang berada pada fase estrus. Yang ditandai dengan sel epitelnya tidak berinti dan leukositnya sedikit atau hampir tidak ada.
http://idhaf13.blogspot.com/2009/07/lap0ran-apusan-vagina.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar